Jumat, 15 Januari 2016

Hari yang Kelam Seketika Sirna

Saya akan menceritakan sebuah kisah nyata yang tidak ingin disebutkan namanya. Panggil saja Chika nama samarannya yang berumur 4 tahun kehidupannya tidak seperti teman2 sebayanya.
Pada suatu hari ketika dia membuat kesalahan sesosok yg dia sayang lagi² datang menghampiri dgn membawa rangkaian sapu halaman menimpa tubuhnya, padahal baginya itu adalah hal sepeleh yg tidak seharusnya terjadi padanya. Kemudian ibunya melintas didepannya. Dia memanggil ibu...ibu...ibu... "Apa yg ibu perbuat ?". Ibunya pergi begitu saja meninggalkannya, berharap dia dpt pertolongannya dari terpaan. Berkali- kali dia coba tegar tpi Tuhan berkehendak lain. Air mata menderai pipi. "Apakah ini jalan yg harus aku tempuh semasa hidupku ?" ujar dia dalam hati.
Malam pun tiba. Dia mencoba berpikir keras tentang apa yg terjadi padanya diruang yg hening melihat atap² tempat tidur dan bertanya kepada Tuhan "Mengapa hanya aku yg seperti ini tidak dengan teman² yg lainnya ?". Aku ingin seperti kak Nina sepupuku dgn ayahnya yg selalu mewarnai hari²nya dgn canda sedangkan diriku hari² yg ku lewati dgn deraian air mata yg tak seharusnya keluar. Kegelisaannya terumbar "Apakah aku adalah anak pungut yg ditemukannya dijalan atau sanh pencipta tdk sayang aku?" Kemudian dia memejamkan mata dan berharap bahwa hari esok lebih baik. "Apakah mungkin ?" Kata tanya dia mencuat lagi.
Matahari bersinar terang alih² dia bertanya menguat. Dia menunggu kak Nina pulang dari suatu tempat. Akhirnya kak Nina sepupunya pulang dia mencurahkan apa yg pernah menimpanya dan apa yg dikatakan. Kak Nina memintanya sabar dan berdoa kepada Tuhan.
Hari² kemudian... Adik kecilnya sakit yg begitu parah wajahnya membiru entah apa yg terjadi padanya dan harus dilarikan ke rumah sakit secepatnya. Semua orang² dirumah menjerit sedih tapi tdk dgn ayahnya. Sesampai dirumah sakit adik kecilnya ditempatkan diruang khusus. Dia prihatin melihat adiknya dgn wajah pucatnya. Apa yg terjadi?... Mengapa alat² menghiasi tubuh kecilnya ? ujar chika dalam hati. Dia dibawa kesana kemari dgn kakak dari ibunya dgn wajah polos dan dia bertanya kepada Tuhan dalam hati, "Mengapa bukan aku saja yg menderita ditempat khusus itu ? Jangan adikku semua sayang padanya, sedangkan aku disini seperti sepah dibuang. Tolong jangan ambil nyawanya aku saja apabila itu membuat semuanya bahagia. Keajaiban menimpa adik kecilnya semakin lama keadaannya semakin membaik. Puji syukur kupanjatkan untuk- Mu. Akhirnya keluarganya sedih lagi dgn raut kebahagiaan. Alih² pertanyaan terfikirkan oleh Chika lagi tentang ayahnya "Apa yang terjadi dengannya ?... (ujar Chika). Hal yg tdk pernah dia sangka pun terjadi ayahnya yg dulu tdk pernah berbuat baik terhadapnya sekarang menjadi baik sejak peristiwa tsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar